TEORI KONTROL SOSIAL
Travis Hirchi sebagai pelopor teori ini,
mengatakan bahwa “Perilaku kriminal merupakan kegagalan kelompok – kelompok
sosial seperti keluarga, sekolah, kawan sebaya untuk mengikatkan atau terikat
dengan individu”, Artinya “individu dilihat tidak sebagai orang yang secara
intrinsik patuh pada hukum ; namun menganut segi pandangan antitesis dimana
orang harus belajar untuk tidak melakukan tindak pidana”. argumentasi ini ,
didasarkan pada bahwa kita semua dilahirkan dengan kecenderungan alami untuk
melanggar aturan hukum. Dalam hal ini kontrol sosial, memandang delinkuen
sebagai “konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk mengembangkan
larangan-larangan ke dalam terhadap perilaku melanggar hukum”
Manusia dalam teori kontrol sosial
dipandang sebagai mahluk yang memiliki moral murni, oleh karena itu, manusia
memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu.
Albert J. Reiss Jr membedakan dua macam
kontrol, yaitu personal control dan social control. Personal control adalah
kemampuan seseorang untuk menahan diri agar tidak mencapai kebutuhannya dengan
cara melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sedangkan social control
adalah kemampuan kelompok sosial atau lembaga-lembaga di masyarakat
melaksanakan norma –norma atau peraturan-peraturan menjadi efektif. Pada tahun
2957, Jackson Toby memperkenalkan pengertian “comitment” individu
sebagai kekuatan yang sangat menentukan dalam membentuk sikap kontrol sosial.
Kemudian, Scot Briar dan Irvine Piliavian menyatakan bahwa peningkatan komitmen
individu dan adaptasi/penyesuaian diri memegang peranan dalam mengurangi
penyimpangan.
Kejahatan atau delinkuen dilakukan oleh
keluarga, karena keluarga merupakan tempat terjadinya pembentukan kepribadian,
internalisasi, orang belajar baik dan buruk dari keluarga. Apabila internal dan
eksternal kontrol lemah, alternatif untuk mencapai tujuan terbatas, maka
terjadilah delinkuen, hal ini merupakan sesuatu yang jarang terjadi. Menurut F.
Ivan Nye manusia diberi kendali supaya tidak melakukan pelanggaran, karena itu
proses sosialisasi yang adequat (memadai) akan mengurangi terjadinya
delinkuensi. Sebab, di sinilah dilakukan proses pendidikan terhadap seseorang
yang diajari untuk melakukan pengekangan keinginan (impulse).Di
samping itu, faktor internal dan eksternal kontrol harus kuat, juga dengan
ketaatan terhadap hukum (law-abiding).
Asumsi
teori kontrol dikemukakan F.Ivan Nye terdiri dari :
1.
Harus
ada kontrol internal maupun eksternal ;
2.
Manusia
diberikan kaidah-kaidah supaya tidak melakukan pelanggaran;
3.
Pentingnya
proses sosialisasi bahwa ada sosialisasi adequat (memadai), akan mengurangi
terjadinya delinkuen, karena di situlah
4.
Dilakukan
proses pendidikan terhadap seseorang; dan
5.
Diharapkan
remaja menaati hukum (law abiding).
Menurut
F. Ivan Nye terdapat empat tipe kontrol sosial, yaitu :
1. Direct
control imposedfrom without by means of restriction and punisment (kontrol
langsung yang diberikan tanpa mempergunakan alat pembatas dan hukum);
2. Internalized
control exercised from within through conscience(kontrol
internalisasi yang dilakukan dari dalam diri secara sadar);
3. Indirect
control related to affectional identification with parent and other
non-criminal persons (kontrol tidak langsung yang
berhubungan dengan pengenalan [identifikasi] yang berpengaruh dengan orangtua
dan orang-orang yang bukan pelaku kriminal lainnya);
4. Availability
of alternative to goal and values (ketersediaan
sarana-sarana dan nilai-nilai alternatif untuk mencapai tujuan).
Dalam
teori kontrol sosial, ada elemen yang harus diperhatikan :
Attachment (kasih sayang)
Attachment adalah kemampuan manusia untuk
melibatkan dirinya terhadap orang lain, jika attachment sudah terbentuk, maka
orang tersebut akan peka terhadap pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain.
Berbeda dengan psikopat, kalau psikopat lahir dari pribadi yang cacat, yang
disebabkan karena keturunan dari biologis atau sosialisasi.
Attachment,
dibagi menjadi dua bentuk :
1.
Attachment total :
suatu keadaan di mana seseorang individu melepaskan rasa ego yang terdapat
dalam dirinya dan diganti dengan rasa kebersamaan. Rasa kebersamaan inilah yang
mendorong seseorang untuk menaati peraturan, larena melanggar peraturan berarti
menyakiti perasaan orang lain. Tujuan akhir dari attachment ini adalah, akan
mencegah hasrat seseorang untuk melakukan deviasi.
2.
Attachment Partial :
suatu hubungan antara seorang individu dengan individu lainnya, di mana
hubungan tersebut tidak didasarkan kepada peleburan ego yang lain, akan tetapi
karena hadirnya orang lain yang sedang mengawasi perilaku individu. Dengan kata
lain, attachment ini, hanya akan menimbulkan kepatuhan pada individu, bila
sedang diawasi perilakunya oleh orang lain.
Teori kontrol sosial pada dasarnnya
berusaha menjelaskan kenakalan remaja dan bukan kejahatan oleh orang dewasa,
namun disini saya menghubungkan antara perilaku menyimpang pada waktu kecil
atau remaja membawa dampak pada anak sampai tumbuh menjadi dewasa dan akan
melakukan kejahatan, pengaruh bawaan dari masa lalu atau remaja membuat seorang
menjadi serakah, berkurangnya pendekatan keluarga atau pembentukan pada masa
anak-anak, kurangnya pembentukan kepribadian dari keluarga maupun lingkungan
sekolah akan berpengaruh pada waktu seseorang itu menempati posisi tertentu
dalam jabatannya nanti. Perilaku pada masa kanak-kanak akan berpengaruh besar
dalam karirnya dan akan menjadi kebiasaan.
Kriminologi masa lalu
beranjak dari pemahaman yang dangkal mengenai kejahatan, padahal kejahatan tak
hanya bisa ditilik dari segi fenomenalnya saja, melainkan merupakan aspek yang
tidak terpisah dari konteks politik, ekonomi dan sosial masyarakatnya, termasuk
dinamika sejarah kondisi – kondisi yang melandasinya (yakni struktur – struktur
sosial yang ditentukan secara historis). Kejahatan sebagai suatu gejala adalah
selalu kejahatan dalam masyarakat (crime in society), dan merupakan
bagian dari keseluruhan proses – proses sosial produk sejarah dan senantiasa
terkait pada proses – proses ekonomi yang begitu mempengaruhi hubungan antar
manusia. Pemahaman kejahatan pada masa lampau seringkali kehilangan makna oleh
karena meninggalkan konsep total masyarakat (the total concept of
society).
0 komentar